“GURU ADALAH PETANI”
(Sebuah
Refleksi dan Filosofi Ki Hajar Dewantara)
Dmp,19-08-2022. Salam Sehat dan tetap semangat Bapak/Ibu Calon Pengajar Praktik Angkatan 7, itulah sapaan yang sering di sampaikan oleh para Instruktur dan Fasilitator saat kegiatan pembekalan secara virtual yang berlangsung kurang lebih 15 hari kedepan. Guru hebat semuanya, Ketika pertama saya bekerja sebagai guru, ayahku, Alm. Abdul Malik bin M.Siddik, yang juga seorang muallaf, guru madrasah, pendiri pondok pesantren dan madrasah swasta memberikan nasehat kepadaku."Anakku, sekarang engkau akan memasuki sebuah dunia yang betul-betul memanggul tanggungjawab besar. Karena perkara ini bukan sesuatu yang mudah,
Sambil tangannya membasuh kepalaku. "Tapi kamu jangan kuatir. Karena bapak yakin kamu bisa memanggul tanggungjawab ini. Hanya saja ayah perlu memberikan padamu gambaran sedikit tentang dunia pendidikan."
Kurang lebih tiga puluh tahun bapak bekerja sebagai guru. Bukan waktu
yang singkat anakku. Dari hal itu ayah memiliki sebuah pemahaman bahwa mendidik
dapat diibaratkan sebagai orang yang berkebun. Sekolah/Madrasah ibarat ladang,
dan benih yang akan ditabur adalah murid kita. Kita sebagai gurunya adalah
petaninya. Jika kita menanam benih pada ladang yang subur, lalu kita merawat
dan memelihara benih tersebut hingga tumbuh, besar, dan kuat. Menyiram dan
memupuknya dengan teratur. Percayalah benih itu tentu akan bertumbuh menjadi
tanaman yang menghasilkan buah yang baik dan memuaskan kita sebagai petaninya.
Akan tetapi
sebaliknya, jika kita hanya menanam benih dilahan yang tidak dipersiapkan
pengolahannya lalu tidak merawat dan menjaganya sungguh-sungguh, tidak
menyirami dan memupuknya dengan teratur, maka bukan tumbuhan yang subur dan
kuat yang akan kita peroleh, tetapi yang akan kita panen adalah rumput ilalang
dan semak-semak."
"Demikian halnya juga kita sebagai guru anakku.Jika kita tidak
sungguh-sungguh amanah dalam melaksanakan tugas kita sebagai guru, tidak
mengajar sesuai tugas dan tanggungjawab kita, lebih banyak di luar sekolah
mengerjakan tugas lain yang tidak ada hubungannya dengan tugas sebagai guru,
absensi disekolah lebih banyak huruf A-nya daripada huruf H-nya, maka kita
hanya akan menghasilkan murid yang malas, tidak disiplin, kehilangan budi
pekerti, tidak berkarakter, banyak membuat kita pusing dan was-was, miskin
prestasi, dan beratus cap buruk lain akan disandang oleh anak didik
kita..."
Demikian
permulaan nasihat ayahku soal profesi yang akan saya jalani dan pilih untuk
kehidupanku. Nyaris sepuluh lebih tahun sudah saya bergelut dengan pekerjaan
sebagai guru. Apa yang dikatakan oleh ayah saya sepuluh tahun lalu memang saya
rasakan kini. Bahwa mendidik bukan perkara mudah.
Kita harus hadir di sekolah
setiap harinya dengan tanggungjawab seharian penuh mengawasi dan menjaga agar
mereka tetap fokus dalam menghadapi pelajaran. Kita dituntut membangun
kemampuan kognitif dan keterampilannya dengan tidak mengabaikan pembangunan
karakter dan ahlak mulia. Tidak hanya itu kita juga berupaya membina agar
mereka tidak terpengaruh oleh serbuan hal-hal negatif yang sangat kuat
tarikannya dari luar seperti merokok, narkoba, seks bebas, tawuran, dls.
(Sumber gambar: pusdatin.kemdikbud.go.id)
Pada intinya sebagai petani, yang ingin menuai
hasil panen yang memuaskan tentu kita akan berupaya sedapat mungkin setiap hari
ke kebun untuk menyiangi rumput yang mengganggu pertumbuhan tanaman kita, kita
akan berusaha menyiram dan memupuk tanaman kita agar tumbuh subur dan
berkembang. Mencegahnya dari hama yang mungkin akan mengganggu
pertumbuhannya.Kita berusaha dengan berbagai daya dan upaya untuk membuat
tanaman kita tetap sehat dan bertumbuh normal.
Seperti itu pula hendaknya kita
sebagai guru. menjadi informasi yang dapat diambil hikmah positifnya. Jadi tugas guru di zaman ini sungguh berat. Karena guru adalah obor peradaban.
Dan bagi kita yang telah menetapkan pilihan untuk menjadi seorang guru, sudahkah kita berusaha menjadi guru yang baik? Sudahkah kita menjadi pemberi inspirasi bagi kepekaan kognitif dan kepekaan karakter peserta didik kita. Apakah fasilitas berupa penghargaan terhadap perubahan finansial yang lebih baik dari pemerintah sudah kita manfaatkan sebik-baiknya bagi perkembangan empat kompetensi utama seorang guru? Yakni kompetensi Paedagogik, Kompetensi kepribadian, kompetensi sosial? Mari kita bersama membangun nurani kita untuk menjadikan profesi ini sebagai ladang amal jariyah kita di dunia. Menjadikan profesi ini sebagai sumber pahala yang tiada habisnya. Amin Allahumma Amin.
Wallahulmuwaffiq ila Aqwamith Thariq
Wassalamu`alaikum Wr. Wb
Penulis: Muhasir, M.Pd
(CPP Angkatan 7, Guru Madrasah dan Dosen Tetap STAI Al-Amin Dompu)