Permasalah Pendidikan Indonesia



Permasalahan pendidikan merupakan suatu kendala yang menghalangi tercapainya tujuan pendidikan. Pada makalah pendidikan ini saya akan membahas beberapa hal yang merupakan permasalahan pendidikan, khusus pada dunia pendidikan di Indonesia. Masyarakat awam mengenal adanya aktivitas pendidikan itu hanya berada di sekolah/madrasah, pesantren, pramuka, palang merah dan juga didalam keluarga.[1] Pelaksanaan pendidikan sebenarnya bukan hanya di tempat seperti itu, pendidikan itu bersifatnya yang merata. Maksudnya merata adalah  pelaksanaan program pendidikannya yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Tersedianya fasilitas/sarana pendidikan yang memadai, sehingga Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional, pembangunan SDM manusia, membantu manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut  jenis kelamin, status sosial, agama, mupun letak lokasi geografisnya, melaikan bagi seluruh manusia yang hidup di muka bumi ini.
Rumusan pendidikan yang dirumuskan oleh Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, di dalam Taman Siswa dapat kita lihat dengan jelas tergambar di dalam asas-asas Taman Siswa yang dikenal sebagai pancadharma yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebangsaan, kebudayaan, dan kemanusian. Asas kodrat alam mengandung arti bahwa hakekat manusia adalah bagian dari alam semesta. Hukum dari alam semesta sebagai kodrat alam ialah kebahagian apabila dengan mesra ia menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung hukum kemajuan. Asas kemerdekaan mengandung arti kehidupan yang sarat dengan ketertiban dan kedamaian. Dengan demikian kemerdekaan berarti swdisiplin yaitu mengembangkan pribadi yang kuat dan sadar dalam suasana perimbangan dan keselarasan dengan masyarakatnya. Asas kebudayaan berarti perlunya memelihara nilai-nilai dan bentuk-bentuk kebudayaan nasional. Asas kebangsaan berarti seseorang harus merasa satu dengan bangsanya sendiri dan didalam rasa kesatuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan ases yang kelima ialah kemanusiaan. Asas kemanusiaan berarti tidak boleh ada permusuhan terhadap bangsa-bangsa lain, tetapi melalui keluhuran akal budi dan menimbulkan rasa cinta kasih terhadap sesama manusia. Dengan singkat tujuan Taman Siswa sebagai lembaga pendidikan dan kebudayaan ialah terwujudnya masyarakat tertib dab damai. [2]
Undang-undang No 20 tahun 2003  SISDIKNAS, merumuskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memlihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan Pendidikan.
Menurut Hariyanto (2012:106), Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah sikap, karakter dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa diperlukan gerakan nasional guna menguggah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan pendidikan dilapanagan, dan pada hakikatnya pendidikan ini adalah usaha manusia untuk memanusiakan  manusia itu sendiri. Dalam penididkan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi. Pertama pendidikan budaya dan karakter (cultural education and character) yang dapat di kembangakan pada siti pendidikan di sekolah/madrasah, Kedua pendidikan yang berbentuk subjek, pendidikan subjek ini adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan. Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai tujuan pendidikan.[3] Pendidikan juga dapat diartikan sebgai pembelajaran pengetahuan (learning knowledge), keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran (teaching), pelatihan (training), atau penelitian (research). Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Menurut H.A.R. Tilaar (2006:10) Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan indonesia dibikin heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan karena kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaranakan bahaya keterbelakangan pendidikan di indonesia. Hal ini bukan berarti tidak terjadi sesuatu didalam perkembangan pendidikan nasional sejak kemerdekaan 1945. Dilihat secara objektif, perkembangan itu sangat pusat apabila kita lihat misalnya dari jumlah penduduk indonesia yang dapat mengeyam pendidikan dibandingkan dengan pada masa kolonial. Tetapi mengapa dirasakan adanya keterbelakangan didalam mutu pendidikan nasional? Perasaan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar :[4]
Istilah permasalahan pendidikan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu “problem“. Masalah adalah segala sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti sesuatu yang dimasalahkan atau hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan adalah segala-sesuatu hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan.[5]
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan Indonesia adalah segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-program pendidikan di negara Indonesia. Seperti yang diketahui dalam TAP MPR RI No. II/MPR/1993 dijelaskan bahwa program utama pengembangan pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut.
a.       Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan
b.      Peningkatan mutu pendidikan
c.       Peningkatan relevansi pendidikan
d.      Peningkatan Efisiensi dan efektifitas pendidikan
e.       Pengembangan kebudayaan
f.       Pembinaan generasi muda

Adapun masalah yang dipandang sangat rumit dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut.[6]
a.       Pemerataan
b.      Mutu dan Relevansi
c.       Efisiensi dan efektivitas
Setiap masalah yang dihadapi disebabkan oleh faktor-faktor pendukungnya adapun faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya 4 masalah di atas adalah sebagai berikut.
a.       Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
b.      Laju Pertumbuhan penduduk
c.       Kelemahan guru/dosen (tenaga pengajar) dalam menangani tugas yang dihadapinya, dan ketidakfokusan peserta didik dalam menjalani proses pendidikan (Permasalahan Pembelajaran).


[1] Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan Edisi IV, (Yogyakarta :Rake Sarasin P.O. Box 1083, 1993),1.
[2] H.A.R. Tilaar. Pendidikan Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Strategi Reformasi Pendidikan Nasional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 132.
[3] Muchlas Samani dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset : 2012), 106.
[4] H.A.R. Tilaar. Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis. (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), 10.
[5] Tilaar. Standarisasi, 21-22.
[6] Prianti Megawanti, “Meretas Permasalahan Pendidikan Di Indonesia” Jurnal Formatif 2(3):227-234 ISSN:2088-351X, diakses 19 Oktober 2017, http://www.tappdf.com/post/518-jurnal-permasalahan-pendidikan-di-indonesia

Featured Post

“GURU ADALAH PETANI”

  “GURU ADALAH PETANI”  (Sebuah Refleksi dan Filosofi Ki Hajar Dewantara) Dmp,19-08-2022. Salam Sehat dan tetap semangat Bapak/Ibu Calon P...

oke