BIMTEK HISAB RUKYAT TINGKATKAN KETRAMPILAN DAN KOMPETENSI MENUJU KINERJA YANG PROFESIONAL

 

Foto hanya pemanis dan sumbernya di konsumsi secara pribadi

Penulis: Muhasir, M.Pd

(Sekertaris PerGuNu Kab.Dompu dan Dosen Tetap STAI Al-Amin Dompu)

(muhasir87@gmail.com)

Awal bulan Qamariyah mempunyai criteria unik yang sangat berbeda dengan penentuan waktu shalat dan gerhana bulan maupun gerhana matahari. Pembahasan tentang Penentuan awal bulan Qomariyah ini banyak sekali terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan awal bulan, baik dalam bulan Ramadhan, bulan Syawal, maupun bulan Dzulhijjah. Maka dari itu Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. NTB menggelar Bimbingan Teknis Hisab Rukyat. Kegiatan yang dimotori oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. Bidang Bimbingan Masyarakat Islam ini berlangsung mulai 16 hingga 18 Maret 2022, Hotel Grand Madani Jalan Udayana No. 20 Mataram, NTB. "Kegiatan ini bertujuan untuk mencari kader-kader baru di bidang hisab rukyat," tutur Kasubag TU Kanwil Kemenag NTB, M. Jaelani, S.Pd, M.Pd, Rabu (16/03/2022). Oleh karenanya, dalam kegiatan ini diundang 30 peserta yang berasal dari unsur  KUA dan Ormas Islam, pesantren, majelis taklim, praktisi hisab rukyat, serta pegawai Kementerian Agama. M. Jaelani, M.Pd menuturkan, hisab rukyat memiliki peran penting dalam peribadatan umat Muslim. Sejumlah ketentuan peribadatan dalam Islam tidak hanya dikaitkan dengan tata cara pelaksanaannya, tetapi juga terkait dengan waktu, tempat, dan arah kiblat. 

Bimtek ini dilaksanakan mengingat penentuan hari awal bulan hijriyah terutama memasuki bulan Ramadhan 1443 H atau 2022 M, Syawal, dan Dzulhijjah merupakan agenda yang sangat penting di  Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dikatakan, Penentuan awal bulan hijriyah dengan metode rukyatul hilal pada dasarnya sebagai observasi atau pengamatan langsung yang merupakan tindak lanjut atau mempertegas hasil metode hisab sehingga diperlukan tenaga hisab rukyat yang profesional.

Dalam Jurnal Bimas Islam yang di tulis oleh Jaenal Arifin Dosen STAIN Kudus tentang Fiqih Hisab Rukyah Di Indonesia (Telaah Sistem Penetapan Awal Bulan Qamariyyah), berpendapat, Penentuan awal Ramadhan Syawal Dan Dzulhijjah sudah sering terjadi perbedaan di Indonesia ini.Namun selalu muncul kekhawatiran dan keraguan serta keresahan di sebagian

masyarakat Indonesia bila akan memasuki bulan-bulan tersebut. Karena sering terjadi perbedaan. Masyarakat umum belum sepenuhnya menyadari sumber perbedaan itu. Umat sering menuntut awal Ramadhan dipersatukan, minimal di Indonesia, syukur kalau di seluruh dunia.

Bahwa dalam menentukan Keabsahan sebagian ibadah menurut syari'at Islam tergantung pada ketepatan waktu, tempat, atau arah," kata Jaelani pada saat pembukaan kegiatan Bimtek. Shalat fardu misalnya, memiliki syarat yang harus dipenuhi antara lain dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan dan menghadap kiblat. Sayangnya, tak sedikit masjid-masjid di Indonesia kurang tepat mengarah ke kiblat. Sementara itu tidak jarang pula ditemukan perbedaan jadwal waktu salat di suatu tempat yang secara geografis berdekatan. "Kerap kita temui, kumandang adzan yang menandai masuknya waktu salat antara masjid-masjid yang berdampingan kadang-kadang berbeda beberapa menit," tutur Kabag TU Kanwil Kemenag NTB. 

Perbedaan ini menurutnya seringkali bukan disebabkan masjid yang satu tidak adzan pada awal waktu. "Tetapi justru karena jadwal waktu salatnya (yang dijadikan acuan) berbeda," ungkap Jaelani. "Masjid yang satu menggunakan jadwal yang dibuat secara real time atau khusus untuk hari dan tanggal tersebut, sedangkan yang lain menggunakan jadwal waktu shalat abadi, atau menggunakan konversi waktu dari jadwal yang dibuat untuk tempat tertentu yang memiliki perbedaan waktu cukup besar,"tutur Jaelani menjelaskan. Pengetahuan semacam ini menurut Muhasir, M.Pd, salah satu peserta Bimtek dari Unsur NU kab. Dompu akan dimiliki bila seseorang telah mempelajari hisab rukyat. Jadi berharap kepada 30 peserta ini bahwa melalui bimtek hisab rukyat ini kita tingkatkan ketrampilan dan kompetensi menuju kinerja yang professional " maka, untuk itu, Kemenag NTB lewat Kepala Bidang Bimas Islam, merasa perlu mengkader tenaga hisab rukyat yang terampil. Ini untuk memperkecil perbedaan di tengah masyarakat di bidang ilmu hisab dan rukyat, baik dari unsur ormas, majelis ta’lim maupun pondok pesantren.


Foto Kegiatan Bimtek pada saat Menyanyika lagu Indonesian Raya



BIMBINGAN TEKNIS HISAB RUKYAT 2022, KANWIL KEMENAG NTB UNDANG ORMAS NU DOMPU JADI PESERTA

 


Mataram, Kepala Kabag Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat Bapak M. Jaelani, S.pd, M.Pd, membuka secara resmi kegiatan Bimtek Hisab Rukyat Rabu (16-03-2022) yang dilaksanakan di Hotel Grand Madani Jalan Udayana No. 20 Mataram sampai dengan tanggal 18 Maret 2022.  Jumlah peserta kegiatan seluruhnya 35 ( tiga puluh lima) orang dari unsur KUA/Penyuluh ASN Kemenag Kab/Kota 10 dan dari unsur Ormas Islam 20 orang, yang terbagi menjadi yaitu ; Kota Mataram 3 orang, Kabupaten Lombok Barat 3 orang, Lombok Tengah 3 orang, Kabupaten Lombok Utara 3 orang, Kab. Dompu 3 Orang, kab. Bima 3 Orang, dan Kota Bima 3 Orang, Kabupaten Lombok Timur 3 orang dan dari kanwil unsur panitia 5 orang.


Dalam arahan yang disampaikan Ketua Panitia dan Kabag TU Kanwil Kemenag Provinsi NTB, mengapresiasi kepada Kepala Bidang Bimbingan Islam dan mengtakan bahwa Bimtek Hisab Rukyat ini merupakan salah satu program yang sangat penting bagi umat Islam, dimana arah Kiblat berkaitan dengan ibadah atau shalat menghadap kiblat, kalau shalat ada keraguan terhadap kiblat atau tidak maka shalat tidak sah, sehingga dalam ibadah harus betul-betul yakin dan tidak boleh ada keraguan imbuhnya.

M. Jaelani, M.pd katakan untuk menghadap Allah ada syarat dimanapun berada hadapkan kepada Allah SWT, semua arah itu kepunyaan Allah, dan  berkaitan tentang shalat kita harus mengikuti dengan yang diajarkan Nabi SAW yaitu menghadap kiblat syarat sahnya ibadah jika yakin menjadi keabsahan di dalam ibadah, di darat kita yakin menghadap kiblat sudah cukup, jika di pesawat atau di kapal kita yakin menghadap kiblat kapal berputar bahwa kita yakin sudah menghadap kiblat maka menjadi sah shalatnya.

Ada kemudahan dalam menjalankan agama menyangkut tidak diketahui secara pasti mengarahkan kiblat harus betul-betul menggunakan ilmu kiblat. M. Jaelani mengajak para peserta Bimtek Hisab Rukyat untuk bisa belajar ilmu Falak untuk mengetahui akurasi titik arah kiblat dan harus menggunakan rumus-rumus pengtahuan orang melaksanakan ibadah, ungkapnya. Selanjutnya M.Jaelani katakan penting bagi kita untuk mengetahui arah kiblat karena merupakan salah satu syarat di dalam pelaksanaan ibadah. Menghadap kiblat merupakan keharusan yang dilakukan oleh Nabi menghadap ke baitullah ada kemudahan dalam agama Islam harus berdasarkan ilmu dan teori untuk mengantarkan kita dalam ibadah. (Sir)

Penulis: Muhasir, M.Pd 

(Sekertaris PerGuNu Kab.Dompu dan Dosen Tetap STAI Al-Amin Dompu)

(muhasir87@gmail.com)


Featured Post

“GURU ADALAH PETANI”

  “GURU ADALAH PETANI”  (Sebuah Refleksi dan Filosofi Ki Hajar Dewantara) Dmp,19-08-2022. Salam Sehat dan tetap semangat Bapak/Ibu Calon P...

oke