Semarang UIN Walisongo, 20 Maret 2019.
Islam telah memandang kepimpinan sebagai salah satu
sifat yang dimiliki oleh setiap manusia yang hidup di muka bumi ini.
Dimana masing-masing dari mereka memiliki hak yang
sama untuk bisa memimpin dan mengendalikan satu sama lain. Untuk itu, islam
juga menegaskan jika kepemimpinan dengan gaya modern mungkin tidak sama dengan
apa yang dipandang dalam islam. Berikut pandangan islam mengenai model
kepemimpinan yang luhur:
- Beriman dan Bertakwa Kepada Allah SWT
Di dalam perspektif islam seorang pemimpin harus
memiliko model kepemimpinan yang baik dan luhur. Baik dan luhur diartikan
sebagai sesuatu yang tetap harus berlandaskan pada dasar-dasar agamanya
termasuk mengenai iman dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
Apabila seorang pemimpin ingin rakyatnya atau
seseorang yang berada di bawahnya memiliki sifat yang baik dan memiliki iman
dan takwa kepada Allah SWT. Maka iapun harus memiliki sifat yang sama agar apa
yang dilakukannya menjadi seni tauladan yang baik bagi rakyatnya.
- Memenuhi Hal Rakyat
Seorang pemimpin harus mampu memenuhi setiap hak
dari rakyatnya. Apabila hak yang dimilikinya telah dirampas oleh orang lain
yang tidak bertanggung jawab. Maka seorang pemimpin memiliki kewajiban untuk
mengembalikan hal tersebut kepada orang yang bersangkutan.
Hal ini juga diterapkan dalam masa kepemimpinan
Khalifah Abu Bakar. Dimana Belia selalu berusaha untuk memenuhi setiap hak dari
rakyat yang dipimpinnya dapa masa itu.
- Siddiq (Jujur)
Selain dapat menegakan Imamah dan Imaroh, seorang
pemimpin juga harus memiliki sifat yang ditanamkannya melalui jiwa
kepemimpinannya. Di sini sifat seorang pemimpin haruslah jujur (As-Siddiq).
Tidak hanya jujur, melainkan mereka diharapkan mampu menanamkan jiwa kebenaran
yang dilakukannya untuk mencapai tujuan bersama.
Hal ini sangat bertentangan dengan hukum membeli
jabatan dalam islam yang banyak kita ketahui saat ini.
Karena keutamaan
jujur dalam islam menjadi tauladan yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin.
- Tabligh (Aktif dan Aspiratif)
Selain memiliki model kepemimpinan yang bersifat
jujur dan terbuka, seorang pemimpin diharapkan memiliki keaktifan serta apirasi
yang bisa menanamkan jiwa kepemimpinannya secara benar dan adil. Di dalam islam
seorang pemimpin harus menyampaikan apa yang benar dan apa yang salah. Tidak
memihak satu sama lain melainkan harus dinyatakan dengan kebenaran. Hal
ini seperti halnya penerapan
kebenaran prakmatis dalam ajaran islam.
- Amanah (Terpercaya)
Tidak hanya As-Siddiq dan At-Tabligh, melainkan juga
harus amanah. Amanah dalam
islam dapat diartikan sebagai kepercayaan yang diembannya
sebagai pemuka atau seorang pemimpin. Di dalam islam kepercayaan seorang
pemimpin harus benar-benar dijaganya. Hal ini menunjukan jika dalam jiwa
kepemimpinannya ia adalah orang yang dapat dipercaya untuk mengemban tugas dan
tanggung jawabnya kepada orang banyak.
- Fathonah (Cerdas)
Seorang pemimpin juga harus menanamkan jiwa atas
kemampuan yang dimiliknya. Di sini bukan berarti ia harus menyombongkan dirinya
atas kemampuan yang dimiliki. Melainkan dapat menempatkan kemampuan dan daya
intelektualnya pada hal-hal yang bisa meningkatkan sebuah kemajuan
bersama kesombongan
dalam islam Karena menunjukan seseorang yang memiliki sifat
tidak baik.
- Tidak Otoriter
Otoriter adalah sifat untuk memaksakan kehendak
orang lain. Sifat ini sama seperti egois atau hanya mementingkan dirinya sendiri
dan tidak mau mendengarkan nasehat atau saran dan masukan dari orang lain.
Dalam hal ini islam sangat tidak menyukai pemimpin
yang memiliki sifat otoriter seperti ini. Dimana seorang pemimpin harus dapat
menyeimbangkan kepentingan antara Habluminanass dan Habluminallah secara
seimbang dalam kehidupannya.
- Memiliki Integritas Tinggi
Sebagai seorang pemimpin, integritas juga sangat
penting untuk diterapkan. Dimana islam memandang seorang pemimpin sebagai orang
yang disegani dan ditiru tingkah dan perbuatannya untuk tujuan yang lebih baik.
Dari apa yang dilakukannya, maka ia harus
mempertanggung jawabkannya di hari akhir nanti. Untuk itu, model kepemimpinan
yang memiliki integritas tinggi seperti ini juga harus dilakukan demi tujuan
yang lebih baik lagi.
- Menjalin Kerjasama
Model kepemimpinan dalam perspektif islam juga harus
mengandung tindakan yang bisa dilakukan bersama-sama. Menjalin sebuah kerjasama
dengan pihak atau orang lain memang bisa membantu sebagaian besar pekerjaan
atau masalah yang dihadapi. Untuk itu, seorang pemimpin diharapkan mampu
memenuhi semua tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan baik
dan selesai tepat waktu.
Model kepemimpinan seperti ini juga sudah dijalankan
oleh Khalifat Abu Umar dan dilanjudkan oleh Ummar bin Khattab. Dimana pada masa
kepemimpinan Abu Bakar, beliau sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan yang
dilakukan dengan jalan bekerjasa sama. Hal ini juga sempat Beliau katakan
sebagai berikut: “ Bila Aku berlaku baik yakni dalam menjalankan
tugasku, maka bantulah Aku.”
Hal ini menjelaskan jika kerjasama antar sesama
pemimpin juga harus dilakukan demi tujuan bersama untuk memajukan sebuah bangsa
dan negaranya. Hal ini sesuai dengan ketentuan Allah SWT yang berfirman: “Tolong-menolonglah
kami dalm hal kebaikan (ketaqwaan) dan jangan tolong-menolonglah kamu dalam hal
dosa atau kemaksiatan.” (QS. 5 : 2). Hal ini sama halnya fungsi agama.
- Memberantas Kezaliman
Di dalam islam kezaliman merupakan sebuah sikap dan
tindakan yang sangat dilarang. Dimana sikap dan tindakan seperti ini dapat
merugikan orang lain dan dapat meruntuhkan pondasi sebuah bangsa dan negara.
Untuk itu, islam menganjurkan jika seorang pemimpin
selain menjauhkan dirinya dari sikap dan tindakan tercela seperti ini. Mereka
juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberantas adanya kezaliman pada
kelompok atau organisasi yang dipimpinnya.
Dari penjelasan mengenai model kepemimpinan dalam
perspektif islam di atas. Maka dapat diartikan jika seorang pemimpin harus
menerapkan hal baik dalam masa kepemimpinannya. Bukan berarti jabatan atau
kedudukannya dimanfaatkan untuk hal-hal yang justru merugikan bagi orang lain.
Hal ini juga telah dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
“Dan Kami jadikan diantara mereka adalah
pemimpin-pemimpin yang dapat memberikan petunjuk dengan perintah Kami. Dan
mereka telah menyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajadah: 24).
Dari dalil di atas dapat disimpulkan jika setiap
manusia yang terlahir adalah seorang pemimpin. Yang mana mereka telah diberi
petunjuk untuk melakukan perintah-perintah Allah SWT sesuai dengan ajaran islam
sebagai agamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar