Dompu-NTB, 16 September 2012
Bly Hasir Xlalu
Seorang yang mandiri dan yakin atas kemampuannya akan cenderung bersifat jujur, optimis dan tidak mudah dihasut oleh orang lain.
Manusia sebagai makhluk sosial akan membutuhkan orang lain untuk
melanjutkan hidup. Terlepas dari itu manusia perlu hidup mandiri guna
bertahan dalam menghadapi kerasnya hidup sehingga nantinya tidak terlalu
tergantung dengan bantuan orang lain. Jika kemandirian bisa dipupuk
sejak dini maka akan meningkatkan mutu hidup dan pada akhirnya
memperkokoh fondasi bangsa.
Sifat kemandirian dapat dipupuk sejak dini melalui pendidikan
keluarga yang diterapkan kepada anak. Sebenarnya mengajarkan anak
tentang nilai-nilai kemandirian tidaklah sesulit yang dikira, hal-hal
yang sangat mendasar bisa diajarkan melalui pemahaman komunikasi secara
halus yang kemudian berlanjut kepada praktek. Contoh nyata adalah
seorang anak yang berumur 10 tahun sudah mampu belanja di warung
terdekat dengan rumah dan mengetahui secara persis berapa jumlah uang
yang akan dikeluarkan dan dikembalikan.
Efek positif dari kemandirian ini nantinya dapat memicu kreatifitas
anak dimana akan memunculkan ide-ide sesuai dengan keinginan mereka dan
berusaha merealisasikannya sekuat mereka mampu. Setelah dewasa mereka
akan menjadi seseorang dengan cita-cita tinggi dan mampu mengendalikan
berbagai hal sesuai dengan harapan yang akan diraihnya.
Unsur kemandirian ini juga ternyata sangat dibutuhkan dalam bidang
manajemen dimana seorang manager dituntut untuk mandiri dan ahli dalam
mengatur bawahan mereka beserta hal-hal yang terkait. Selain mampu
mengatur anak buahnya seorang manager juga dituntut kreatif menghasilkan
suatu ide baru dan inovasi sehingga mampu bangun di saat kondisi
tertekan.
Bagaimana jika seorang yang katakanlah berumur 20 tahun tapi masih
belum mampu hidup mandiri atau terlalu membutuhkan bantuan orang
lain/orang tua? Metode yang bisa digunakan adalah dengan paksaan secara
halus dimana dia dituntut melakukan suatu hal dengan tenaga dan
pikirannya sendiri. Barangkali asumsi mengenai rakyat yang hidup miskin
dan seadanya merupakan orang-orang yang mandiri benar adanya mengingat
semua yang ada dan mereka jalani adalah untuk bertahan esok hari.
Di berbagai Pendidikan Tinggi pun sebenarnya sudah diterapkan
menganai pelatihan dasar kepemimpinan guna mengasah sifat kemandirian
peserta didik dan kerjasama. Budaya mandiri tidak lepas dari pengaruh
lingkungan juga yang memaksa mereka untuk menjalani kehidupan sosial
mereka sehari-hari. Bila kita tengok segelintir budaya Barat dimana anak
yang berumur 18 tahun diperkenankan hidup sesuai dengan yang mereka
harapkan dan lepas dari orang tua, pada taraf ini mereka sudah bisa
disebut sebagai orang yang dewasa dan mandiri walau kenyataannya tidak
semua anak bisa melakukannya benar-benar secara sendiri. Bagaimana
dengan budaya kita, apakah dari awal sudah mampu mengajarkan nilai-nilai
kemandirian?
Jawabannya bisa ditemukan dalam kehidupan kita sehari-hari, saat
dihadapkan pada persoalan sosial yang lebih rumit maka pada dasarnya
pribadi seseorang akan ditempa menjadi pribadi yang lebih kuat.
Kemandirian juga diperlukan untuk menghimpun kekuatan atas ide dan sikap
untuk merealisasikan sesuatu yang pada kelanjutannya akan membangun
citra positif bagi para pemimpin yang akan duduk di pemerintahan.
Seorang yang mandiri dan yakin atas kemampuannya akan cenderung
bersifat jujur, optimis dan tidak mudah dihasut oleh orang lain. Yang
terpenting adalah mampu memberikan contoh kepada orang lain mengenai
bagaimana harus hidup, beberapa hal juga menjadi perhatian saat sebuah
pribadi tidak dibentuk berdasarkan kerja keras atau hanya ingin hidup
enak dengan sedikit kerja. Barangkali etos kerja bisa dibangun jika
diawali dengan nilai kemandirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar