Meningkatkan kualitas

Meningkatkan kualitas pendidikan dengan fokus pada peningkatan kualitas guru menjadi perhatian kita ke depan. Penambahan alokasi tunjangan untuk guru ini adalah salah satu elemen penting untuk peningkatan kesejahteraan guru dalam upaya meningkatkan kualitasnya. Mari kita bersama mengawal agar alokasi ini efektif dan transparan.

Guru Malas Mengajar, di mana Nuranimu?



Guru di sekolah malas mengajar, siswa cuma diberi tugas, dirinya nyantai di ruang guru. Ada juga yang mengajar separuh jalan sisa waktunya kelas ditinggal begitu saja. Ada guru yang meninggalkan tempat tugas selama berhari-hari. Kalau anda jadi kepala sekolah bagaimana mengatasinya?
Sungguh masuk orang yang tidak bersyukur, kalau jadi orang tidak amanah menjalankan tugas kerja, lebih-lebih seorang guru (apalagi berstatus pns) melalaikan tugas yang dipercayakan padanya. Gaji diterima penuh untuk menghidupi diri dan keluarganya, tetapi kinerja tidak juga membaik. Mari kita berusaha untuk memperbaiki kinerja diri. Tidak lagi mengambil ukuran diri pada orang berkinerja jelek, karena pimpinan tak tegas.
Saya juga guru, suka bandel juga sih, alias bukan guru yang baik, tapi beban tugas mengajar untuk memberikan yang terbaik itu jadi obsesi saya. Wou sok banget yah kedengarannya. Benar siswa adalah segalanya bagi guru. Kasihan mereka kalau sampai tidak kita layani dengan baik. Semua itu bukan karena siapa-siapa tapi kita sudah terlanjur janji untuk mau mengabdi. Halah…
Mental guru buruk yang tak kan pernah memikirkan bagaimana siswa bisa terlayani belajar dengan baik. Melaksanakan tugas hanya sekedarnya, apalagi kalau supervisi tidak pernah ada atau dilakukan pihak terkait. Ujian pun jarang mereka koreksi dengan benar. Ini belum dikaitkan dengan standar kompetensi guru itu loh. Umpan balik dari hasil ujian tidak pernah diambil untuk memperbaiki kinerja diri dan siswanya. Alhasil hancurlah sekolah itu. Terpuruklah siswa yang memiliki berpotensi itu.
Karena mental sudah buruk ada saran positif pun tidak digubris. Memang saran, nasehat dari siapapun kalau sudah tidak suka dengan yang beri nasehat pasti nasehat itu tak berguna. Subyektivitas diri lebih mengemuka, efeknya membuat segalanya tidak akan membaik. Produktivitas diri tak berubah lebih baik, kinerja hancur. Pikiran-pikiran tertutup hanya bisa terbuka kalau mereka dapat hidayah dari Tuhan. Barangkali perlu teguran keras dari Tuhannya.
Jaman sekarang kok ternyata masih ada guru yang malas mengajar tapi rajin menerima gaji. Kalau saya jadi bosnya sudah saya depak kalau memang tidak mau dinasehati. Untung bukan saya (tapi saya tidak akan pernah jadi kepala sekolah jadi santai saja yah, jangan takut :) ). Pemerintah sudah saatnya memberikan kewenangan pimpinan untuk ‘menghadiahi’ guru yang kerjanya tidak beres. Tidak cukup hanya DP3 saja. DP3 selama ini toh formalitas saja.

Sekali lagi manajemen yang kacau di level wilayah sampai level sekolah sangat merugikan siswa. Penyadaran akan tanggung jawab sebagai guru dengan amanah mulya sangat diperlukan. Pelatihan yang menyentuh hati sangat dibutuhkan dan diintensifkan. Bukan hanya pelatihan formal yang sekedarnya. Guru… Di mana nurani-MU? Masih adakah?! Sumber : https://www.facebook.com/muhasir.alfaat1?sk=notes

Featured Post

“GURU ADALAH PETANI”

  “GURU ADALAH PETANI”  (Sebuah Refleksi dan Filosofi Ki Hajar Dewantara) Dmp,19-08-2022. Salam Sehat dan tetap semangat Bapak/Ibu Calon P...

oke